Stres
J.P Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan
stress sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal
senada diungkapkan dalam Atkinson (1983), stress terjadi ketika orang
dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan
fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan dan fisikal yang
menyebabkan stress dinamakan stresor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa
tersebut dinamakan respon stres, atau secara singkat disebut stress.
Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan
bahwa stres bukanlah suatu hal yang sederhana. Salah satu definisinya adalah
stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalam Mustamir Pedak, 2007 ). Kesimpulan
dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena manusia begitu
kuat dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya dengan mengandalkan segala
kemampuannya dan potensinya. Grant Brecht memandang stres dapat timbul oleh
banyak hal misalnya berbagai persoalan hidup yang dihadapi oleh individu dalam
kehidupannya pribadi. Konsep modern stres menganggap manusia yang hidup di
dunia ini memiliki banyak masalah atau ancaman dan tantangan dan bahwa
kebutuhan hidup selalu berubah-ubah memerlukan penyesuaian psikologis, prilaku,
dan fisiologis dan konstan.
Menurut Woolfolk dan
Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress
menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai
suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap
peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan
bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan
adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif
organisme.
Sedangkan menurut
Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat
diartikan sebagai:
- Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
- Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 )
membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja.
Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada
faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres
bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap
reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai
oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason
(1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor
fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan
Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu
sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan
keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan
untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda
dari reaksi terhadap stres
Tipe-tipe
Stres Psikologis
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress
psikologis, yaitu:
Frustasi
Konflik
Tekanan
Kecemasan
Introvert x Ekstrovert
Jung mengatakan (dalam Hall dan
Lindzey, 1978 : 125) bahwa ekstrovert adalah kepribadian yang lebih dipengaruhi
oleh dunia objektif, orientasinya terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan,
serta tindakannya lebih banyak ditentukan oleh lingkungan. Sedangkan introvert
adalah kepribadina yang lebih dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya
tertuju ke dalam.
Menurut Eysenck, introvert adalah
satu ujung dari dimensi kepribadian introversi – ekstroversi dengan
karakteristik watak yang tenang, pendiam, suka menyendiri, suka termenung, dan
menghindari resiko (Pervin, 1993 : 302).
Eysenck juga mengatakan dalam
teorinya, bahwa ekstrovert adalah satu ujung dari dimensi kepribadian
introversi – ekstroversi dengan karakteristik watak peramah, suka bergaul, ramah,
suka menurutkan kata hati, dan suka mengambil resiko (Pervin, 1993 : 302)
Peneliti
menyimpulkan bahwa ekstrovert adalah suatu tipe kepribadian berdasar skap jiwa
terhadap dunianya, yang merupakan satu ujung dari dimensi kepribadian
introversi – ekstroversi, yang dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya
terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, dan tindaknnya ebih banyak
ditentukan oleh lingkungan.
Sedangkan introvert adalah suatu
tipe kepribadian berdasar sikap jiwa terhadap dunianya, yang merupakan satu
ujung dari dimensi kepribadian introversi – ekstroversi, yang dipengaruhi oleh
dunia subjektif, orientasinya terutama tertuju ke dalam.
Ciri-ciri kepribadia ekstrovert dan
introvert digambarkan oleh Eysenck dan Eysenck (1975, dalam Aiken, 1993 : 86)
adalah sebagai berikut : yang khas dari ekstrovert adalah mudah bergaul, suka
pesta, mempunyai banyak teman, membutuhkan teman untuk bicara, dan tidak suka
membaca atau belajar sendirian, sangat membutuhkan kegembiraan, mengambil
tantangan, sering menentang bahaya, berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu,
dan biasanya suka menurutkan kata hatinya, gemar akan gurau-gurauan, selalu
siap menjawab, dan biasanya suka akan perubahan, riang, tidak banyak
pertimbangan (easy going), optimis, serta suka tertawa dan gembira, lebih suka
untuk tetap bergerak dalam melakukan aktivitas, cenderung menjadi agresif dan
cepat hilang kemarahannya, semua perasaannya tidak disimpan dibawah kontrol,
dan tidak selalu dapat dipercaya (Aiken, 1993 : 86 – 87).
Sedangkan yang khas dari introvert
adalah pendiam, pemalu, mawas diri, gemar membaca, suka menyendiri dan menjaga
jarak kecuali dengan teman yang sudah akrab, cenderung merencanakan lebih
dahulu – melihat dahulu – sebelum melangkah, dan curiga, tidak suka
kegembiraan, menjalani kehidupan sehari-hari dengan keseriusan, dan menyukai
gaya hidup yang teratur dengan baik, menjaga perasaannya secara tertutup,
jarang berperilaku agresif, tidak menghilangkan kemarahannya, dapat dipercaya,
dalam beberapa hal pesimis, dan mempunyai nilai standar etika yang tinggi
(Aiken, 1993 : 87).
Flexibel x Rigid (kaku)
Kepribadian
flexibel adalah kepribadian yang bisa menyesuaikan diberbagai tempat flexibel
tidak kaku dengan suatu situasi. Sedangkan rigid (kaku) adalah kepribadian yang
kaku susah yang tidak mudah beradaptasi dengan berbagai situasi yang ada. Tipe orang yang feksibel adalah mereka yang selalu
tepat mengkondisikan diri, dimana mereka ada, mudah menyesuaikan diri, luwes,
dan tidak kaku. Mudah bergaul dengan lingkungan tetapi tetap memiliki idealism
sedangkan rigid tipe kepribadiannya kaku dan terlalu berpegang idealisemenya
terlalu kuat.
over
activity/agresif
Adalah pribadi
yang over activity adalah mereka yang terlalu agresif dalam menuangkan segala
suasana hati, bahkan sampai berlebihan dalam menghadapi kondisi lingkup sosial.
Nilai dan Kebutuhan
Sosialisasi
Pengertian sosialisasi secara umum dapat diartikan
sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta
nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai
dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.
Proses
pembelajaran berlangsung secara bertahap, perlahan tapi pasti dan
berkesinambungan. Pada awalnya, proses itu berlangsung dalam lingkungan
keluarga, kemudian berlanjut pada lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan
tetangga, kampung, kota, hingga lingkungan negara dan dunia. Di samping itu,
individu mengalami proses enkulturasi (pembudayaan), yaitu individu mempelajari
dan menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma,
dan peraturan yang berlaku dalam kebudayaan masyarakatnya.
Adaptasi
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan
psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor
tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi
individu, keluarga / komunitas terhadap stress.
Internalisasi
Internalisasi adalah pengaturan kedalam fikiran atau
kepribadian, perbuatan nilai-nilai, patokan-patokan ide atau praktek-praktek
dari orang-orang lain menjadi bagian dari diri sendiri
Reaksi Stress
Walter Canon (dalam sarafino, 2006) memberikan
deskripsi mengenai bagaiman reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang
mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response
karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau
menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight response
menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang
mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat
membahayakan kesehatan individu.
Teknik Penenang Pikiran
Meditasi
Meditasi atau disebut juga “duduk
diam” adalah suatu aktivitas kontrol diri atas aspek jasmani dan rohani manusia
dalam upayanya untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks umum, tujuan
tersebut dapat berupa peningkatan kualitas dari salah satu aspek yang dikontrol
atau bahkan keduanya.
Autogenik
Autogenik berarti sesuatu yang
datang dari dalam Anda. Dalam teknik relaksasi ini, Anda menggunakan kedua
bayangan visual dan kewaspadaan tubuh untuk mengurangi stres. Seperti para
pendoa yang terus mengucap mantra, ucapkan kata-kata yang menenangkan atau
kondisi yang Anda harapkan untuk mengendurkan otot tegang, dan membantu pikiran
lebih tenang. Membayangkan tempat yang tenang juga akan membantu. Fokuskan diri
untuk mengatur, menenangkan diri dengan pernapasan, mengurangi detak jantung,
atau merasakan sensasi fisik yang berbeda, seperti mengendurkan otot lengan dan
kaki secara bergantian.
Reaksi Stress :
Flight or Fight
Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana
reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam.ia menyebutkan reaksi
tersebut sebagai fight-or-fight response karena rspon fisiologis mempersiapkan
individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut.
Fight-or-fight response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat
tergadap situasi yang mengancam.akan tetapi bila orausal yang tinggi
terus-menerus muncul dapat membahayakan kesehatan induvidu.
Selye mempelajari akibat yang
diperoleh bila stressor terus-menerus muncul.ia mengembangkan istilah General
Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis
terhadap stressor yaitu:
1.Fase reaksi yang mengejutkan
(alram reaction)
Pada
fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti
jantungnya berdegup,keluar keringat dingin,muka pucat,leher tegang.nadi
nergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.
2.Fase perlawanan (stage of
resistence)
Pada
fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress,sebab pada tingkat
tertentu,stress akan membahyakan.tubuh dapat mengalami disfungsi,bila stress
dibiarkan berlarut-larut.selama masa perlawanan tersebut,tubuh harus cukup
tersuplai oleh gizi yang seimbang,karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3.Fase Keletihan ( stage of
Exhaustion)
Fase
disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.akibat yang parah bila
seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapt menyerang
bagian-bagian tubuh yang lemah.
Nilai dan Kebutuhan
Sosialisasi
Pengertian sosialisasi secara umum dapat diartikan
sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta
nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai
dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.
Proses
pembelajaran berlangsung secara bertahap, perlahan tapi pasti dan
berkesinambungan. Pada awalnya, proses itu berlangsung dalam lingkungan
keluarga, kemudian berlanjut pada lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan
tetangga, kampung, kota, hingga lingkungan negara dan dunia. Di samping itu,
individu mengalami proses enkulturasi (pembudayaan), yaitu individu mempelajari
dan menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma,
dan peraturan yang berlaku dalam kebudayaan masyarakatnya.
Adaptasi
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan
psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor
tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi
individu, keluarga / komunitas terhadap stress.
Internalisasi
Internalisasi adalah pengaturan kedalam fikiran atau
kepribadian, perbuatan nilai-nilai, patokan-patokan ide atau praktek-praktek
dari orang-orang lain menjadi bagian dari diri sendiri
Reaksi Stress
Walter Canon (dalam sarafino, 2006)
memberikan deskripsi mengenai bagaiman reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa
yang mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response
karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau
menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight response
menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang
mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat
membahayakan kesehatan individu.
Teknik Penenang Pikiran
Meditasi
Meditasi atau disebut juga “duduk
diam” adalah suatu aktivitas kontrol diri atas aspek jasmani dan rohani manusia
dalam upayanya untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks umum, tujuan
tersebut dapat berupa peningkatan kualitas dari salah satu aspek yang dikontrol
atau bahkan keduanya.
Autogenik
Autogenik berarti sesuatu yang
datang dari dalam Anda. Dalam teknik relaksasi ini, Anda menggunakan kedua
bayangan visual dan kewaspadaan tubuh untuk mengurangi stres. Seperti para
pendoa yang terus mengucap mantra, ucapkan kata-kata yang menenangkan atau
kondisi yang Anda harapkan untuk mengendurkan otot tegang, dan membantu pikiran
lebih tenang. Membayangkan tempat yang tenang juga akan membantu. Fokuskan diri
untuk mengatur, menenangkan diri dengan pernapasan, mengurangi detak jantung,
atau merasakan sensasi fisik yang berbeda, seperti mengendurkan otot lengan dan
kaki secara bergantian.
Penyebab Stres atau Stressor
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia
yang mengakibatkan terjadinya respon
stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan
juga muncul pada situasi kerja, dirumah,
dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor
diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus
& Folkman (1986) stressor dapat
berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi
udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti
interaksi sosial). Pikiran dan perasaan
individu sendiri yang dianggap sebagai suatu
ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor
Daftar Pustaka
Basuki,A.M Heru. 2008. Psikologi Umum. Gundarma. Jakarta
Kemala Nasution, Indri. 2007. Stres pada Remaja.
Universitas Sumatera Utara. ( Makalah ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar